Kita selalu
amat tergoda ingin mendefenisikan sesuatu, padahal itu tidak baik. Selalu lebih
bijak jika memberikan contoh lewat kisah, simbol, atau kiasan, lantas
membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri dan memahaminya lebih baik menurut roda
fikiran mereka sendiri.
Tiga kisah di
bawah ini sesungguhnya adalah tulisan seorang penulis novel yang sangat
produktif, Tere Liye. Mendefenisikan makna ‘sabar’ dengan cerita.
Seorang remaja
disuruh Ibunya menunggu di pintu pasar, sementara Ibunya akan berbelanja di
dalam selama empat jam. Maka apa itu sabar?
1. Si remaja
menunggu empat jam, tidak beranjak dari pintu pasar, hingga Ibunya datang. Satu
dua dia mengeluh, aduh, alangkah lamanya Ibu. Bertahan lagi. Tergoda hendak
duluan pulang. Bertahan lagi. Mengeluh lagi, aduh, apa sih yang Ibu beli. Tapi
syukurlah meski berkali2 tergoda, mengeluh, dia tetap di pintu gerbang itu
selama empat jam.
2. Si remaja
menunggu empat jam, tidak beranjak dari pintu pasar, hingga Ibunya datang.
Tidak sekalipun dia tergoda, tidak sekalipun dia mengeluh. Dia sungguh yakin,
Ibunya akan muncul setelah empat jam berlalu, dan mereka bisa pulang bersama.
Selesai. Keren sekali, empat jam yang hebat. Si remaja berdiri gagah di pintu
gerbang, tersenyum yakin.
3. Si remaja
menunggu empat jam, tidak beranjak dari pintu pasar, hingga Ibunya datang.
Aduhai, dia tidak sekali tergoda, tidak sekalipun mengeluh, yakin Ibunya akan
muncul, dan tidak hanya itu. Dia memutuskan diri untuk menyibukkan diri di
pintu pasar itu. Ada nenek2 repot membawa belanjaan ke atas becak di pintu
gerbang, dia bantu dengan sukarela. Ada anak-anak yang tersesat, ditinggal
orang tuanya, dia bantu lapor ke petugas keamanan di pintu gerbang. Bahkan dia
sempat belajar memperhatikan bagaimana pedagang dawet yang mangkal di
sebelahnya. Jadi tahu bagaimana tips membuat dawet yang enak. Juga
bercakap-cakap dengan pedagang lain. Mencatat banyak hal dalam pikiran. Empat
jam berlalu tidak terasa, banyak sekali kebajikan dan ilmu bermanfaat yang
diperolehnya, hingga Ibunya keluar dari pasar.
Nah, apa itu
sabar? Sabar adalah.... Tidak. Tidak my dear anggota page(facebook); kalianlah
yg seharusnya menemukan definisi-defenisi itu. Dengan memperhatikan, dengan
mengamati, dengan mendengarkan nasehat2 yang baik. Dipikirkan, direnungkan.
Maka, mau seperti apa orang lain mendefinisikan sesuatu--dalam hal ini definisi
sabar, kalian memiliki versi sendiri yang kalian yakini, lantas gunakan dalam
hidup keseharian. Itulah sebenar2nya definisi.
Dan itulah
juga yang selalu disebut: pemahaman yang baik.
Note: “Semoga
tulisan ini bermakna buat anda, para aktivis dakwah dalam memahami segala yang
bersangkutan dengan dunia dakwah. Bahwa memberi pemahaman tak selalu harus
lewat defenisi, tapi sentuh medan anda dengan memperhatikan, dengan mengamati,
dengan mendengarkan nasehat2 yang baik. Dipikirkan, direnungkan. Maka timbullah
defenisi sesungguhnya” Jazakillah khairan jaza..