Senin, 13 Januari 2014

Visi Misi Lembaga Dakwah Kampus

A. Posisi Strategis Penentuan Visi dan Misi LDK
Apa yang telah diungkapkan di atas merupakan pedoman yang berlaku umum dalam konteks dakwah kampus. Pedoman tersebut akan dilaksanakan oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) untuk mencapai tujuan dakwah secara umum dan tujuan dakwah kampus secara khusus. Sebagai sebuah organisasi, sewajarnya jika dalam kegiatan dakwah di kampus, LDK terlebih dahulu menetapkan visi dan misi sebagai arahan organisasi. Bagaimana visi misi tersebut dalam konteks kegiatan LDK sebenarnya dan bagaimana langkah-langkah pembentukannya akan dibahas pada bagian ini.

Masyarakat kampus memiliki ciri dan kondisi yang amat berbeda dengan masyarakat lainnya. Perbedaan ini nampak jelas dalam aspek: kecepatan bergerak, perubahan anggotanya yang terus-menerus, dan interaksinya dengan berbagai situasi yang ada baik di kampus, masyarakat, maupun negara. Oleh karena itu, menjadi wajar jika pengguliran roda dakwah melalui LDK seringkali harus melalui pertarungan sampingan yang terkadang sulit untuk diatasi dan menambah beban para pengelolanya.

Berkaitan dengan hal itu, dakwah melalui LDK tidak hanya sekadar membutuhkan pengelolaan/manajemen (idaroh), yakni pengelolaan sesuatu dengan benar; tetapi juga membutuhkan kepemimpinan (pemimpin), yakni pemilihan hal-hal yang benar dan tepat. Dengan kata lain, pemimpin bertugas menentukan apa-apa yang penting dan benar serta mendorong yang lain untuk mewujudkannya. Jadi, adalah tugas pemimpin untuk memandang sesuatu secara global tanpa mencampuradukkan dengan detil-detilnya dan mendorong kepada hal-hal yang belum terwujud dalam kenyataan.

Untuk itu, hal pertama yang harus dilakukan oleh pemimpin ialah melakukan perencanaan strategis. Dalam hal ini yang dimaksud dengan perencanaan strategis ialah menciptakan gambaran pemikiran kerja masa depan yang harus berbeda dengan kondisi sekarang, lalu ditentukan sarana-sarana yang dapat digunakan untuk mewujudkan pemikiran tersebut dan apa saja yang mungkin menghalanginya. Perencanaan tersebut merupakan upaya terstruktur dan efektif untuk mencapai kemampuan dan kerja, dan dapat menggambarkan hakikat sebuah lembaga, serta mengandung kejelasan apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu harus dilakukan.

Dalam melakukan perencanaan strategis ini terdapat beberapa fase yang harus dilalui yang berhubungan erat satu dengan yang lain:
1. Fase inisiatif dan kesepakatan.
Pada fase ini yang dilakukan ialah:
 Menentukan pihak pengambil keputusan atau hal-hal lain yang mempengaruhinya baik di dalam maupun di luar lembaga.
 Menentukan pihak yang terlibat dalam proses perencanaan strategis.
 Menentukan langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan strategis.

2. Fase penetapan misi lembaga dan prinsip nilainya.
Keberadaan LDK sebagai lembaga sesungguhnya hanyalah sarana, bukan tujuan akhir. Dalam hal ini, LDK memiliki misi yang ingin direalisasikan sebagai wujud keberadaan dirinya. Misilah yang akan menjelaskan maksud dan tujuan(visi) lembaga, menghindarkan lembaga dari perselisihan yang tidak perlu, dan membantu para anggota lembaga untuk berpikir positif. Selain itu, misi berfungsi pula sebagai daya tarik bagi orang lain untuk bergabung dengannya karena di situ terdapat sasaran dan pandangan lembaga. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan misi sebuah lembaga:
 Siapa kita?
 Apa maksud dan tujuan keberadaan kita?
 Masalah apa yang ingin kita pecahkan?
 Apa yang akan kita lakukan untuk memecahkan masalah tersebut?
 Apa filosofi dan prinsip nilai yang kita miliki?
 Kekhususan apa yang kita miliki dan tidak dimiliki oleh orang lain?

3. Menilai/mengukur lingkungan eksternal dan internal lembaga.
Fase ini diperlukan untuk menentukan titik kekuatan dan kelemahan, serta kesempatan dan peluang lembaga untuk dimanfaatkan, dan untuk menutupi kelemahan yang ada.

4. Menentukan masalah-masalah sentral dan strategis.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase ini:
 Masalah harus jelas, tertentu dan tertulis, kemudian lembaga memiliki sesuatu yang dapat dilakukan untuk menghadapinya.
 Harus pula disebutkan hal-hal nyata yang membuat masalah tersebut menjadi masalah yang strategis.
 Harus pula ditentukan apa akibat yang akan timbul jika masalah tersebut tidak ditangani.
 Masalah-masalah tersebut harus disusun dalam skala prioritas dan tingkat keperluan yang mendesak

5. Membuat strategi untuk menangani masalah-masalah sentral tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dari masing-masing kampus dan kesiapan dari aktivis dakwah kampus tersebut, dalam hal ini adalah aktivis LDK.

6. Meletakkan pandangan yang tajam terhadap masa depan lembaga. Pandangan ini akan sangat membantu para anggota yang tergabung dalam lembaga untuk memiliki kejelasan persepsi dan proyeksi masa depan, mengetahui peran yang dituntut dari setiap anggota, dan karakter tugas yang akan dibebankan kepada mereka. Oleh karena itu, pandangan ini diupayakan sejelas mungkin untuk menghindari kemungkinan salah tafsir, harus pula menarik, mendorong dan membangkitkan semangat serta berkesan di hati.

Demikianlah, posisi strategis penentuan visi-misi dalam konteks perencanaan strategis LDK yang dilakukan sebagai fungsi pemimpin.

Dalam literatur lain, disebutkan bahwa untuk membentuk sebuah tim/lembaga yang dinamis dibutuhkan beberapa tahapan utama. Proses ini dapat dibayangkan tak ubahnya seperti mendaki gunung. Dalam hal ini dibutuhkan perencanaan, strategi, dan tentu saja kerja keras untuk menaklukkan gunung tersebut. Puncak gunung tersebut tidak mungkin ditaklukkan dalam waktu semalam, namun jika tim tersebut tekun, terus menerus bergerak naik, meski perlahan akan diperoleh hasil yang menggembirakan. Dan pada akhirnya, jika tim tersebut telah mencapai puncak kinerjanya, sangat mungkin tim tersebut terpeleset jatuh sehingga penting untuk bangkit kembali guna mempertahankan kinerja puncaknya.

Jadi, lengkapnya tahapan tersebut meliputi:
 Menetapkan arah
Pada tahapan ini, sebuah tim harus memfokuskan diri pada misi dan membuat garis besar jalur yang akan ditempuh selama perjalanan ke depan. Pada tahap inilah, tim tersebut akan menentukan tujuan, prioritas, dan peraturan bagi dirinya.

 Bergerak
Pada tahap ini, sebuah tim akan memulai mendorong dirinya mendaki gunung dengan cara memastikan bahwa peran dan tanggung jawab seluruh anggota tim ditetapkan dengan jelas. Selain itu, pada tahap ini, tim tersebut harus pula menghadapi berbagai kendala yang harus diatasi.

 Mempercepat gerak
Melalui tahap ini, produktivitas tim akan dapat naik dengan cepat. Untuk itu, tim tersebut harus dapat memanfaatkan umpan balik dari sesama anggotanya, manajemen konflik, kerja sama, dan pembuatan keputusan yang efektif. Jika hal-hal tersebut berhasil dilakukan maka tim tersebut akan dapat menguasai wilayah secara cepat dan efektif, lalu menaklukkan gunung dengan kekuatan dan daya tahan mutlak.

 Sampai
Di sini sebuah tim benar-benar telah mencapai prestasi puncaknya. Dengan kata lain, tim tersebut telah berfungsi sebagai tim yang dinamis.

 Bangkit kembali
Jarang sekali sebuah tim bisa mencapai puncak dengan sekali upaya. Pada kenyataannya, gangguan dan perubahan yang tidak diinginkan sering menghalangi rencana yang paling mantap sekalipun. Apa yang terjadi jika dua anggota tim tersebut keluar? Atau apa yang terjadi jika tiba-tiba organisasi memutuskan untuk merestrukturisasi tim tersebut? Tentulah ketangguhan tim tersebut akan melemah dan mulai tersaruk-saruk. Jika ini yang terjadi maka tim tersebut seharusnya memasuki masa bangkit kembali, mundur untuk melakukan koordinasi. Yang dilakukan bisa saja kembali ke tahap pertama atau tahap kedua bergantung pada permasalahan yang dihadapi.

B. Realisasi dalam Membuat Visi dan Misi LDK
1. Merumuskan Visi LDK
Yang dimaksud dengan visi ialah impian lembaga di masa yang akan datang. Atau secara lengkapnya visi dapat dikatakan sebagai kejelasan pandangan, bukan dalam konteks visual, namun dalam konteks mempersepsi dan memahami sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran yang diyakini. Jadi visi tersebut perlu dibuat sebagai ilham bagi setiap langkah yang diambil oleh lembaga. Suatu lembaga harus memiliki visi yang jauh ke depan, luas, dan menyeluruh, serta tidak kaku terhadap sudut pandang yang lain. Maka untuk merumuskannya, menurut B.S. Wibowo dalam buku SHOOT, terdapat beberapa hal yang perlu dipenuhi, yaitu:
 Visi adalah apa yang tampak di khayal atau kemampuan untuk melihat pada inti persoalan.
 Visi adalah bagaimana seluruh anggota lembaga tersebut bersepakat untuk mencapainya.
 Visi merupakan ekspresi dari suatu harapan.
 Visi merupakan penjabaran bagaimana wujud suatu lembaga apabila tujuannya tercapai.
 Visi ditulis dalam bentuk tujuan dalam satu kalimat pendek.
 Visi sebaiknya pendek, singkat, dan spesifik.
 Visi sebaiknya relevan dengan lembaga, dapat dicapai, dan memuaskan.
 Visi hendaknya dapat diukur pencapaiannya, sehingga dapat dikembangkan jika sudah tercapai.
 Visi sebaiknya yang kasat mata sehingga semua orang dapat melihat tujuan, dan dapat menyetujui imajinasinya.
 Visi tidak lepas dari sejarah pendirian dan perkembangan lembaga.

Dalam penentuannya, seluruh anggota lembaga tersebut dapat diminta untuk berkomentar tentang apa yang diinginkan tentang lembaga tersebut pada masa depan, lalu hasilnya diolah sehingga terbentuk sebuah visi. Namun pada kenyataannya, agak rumit menyusun kalimat dan pilihan kata yang mampu mewakili banyak kepentingan.

2. Merumuskan Misi LDK
Yang dimaksud dengan misi ialah arah yang ingin dicapai oleh suatu lembaga, yaitu pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa yang akan datang dengan menyiratkan bentuk pelayanan yang akan ditawarkan dalam pencapaian visi. Dengan demikian misi dapat berarti kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu organisasi, dan nilai tersebut merupakan ukuran yang mengandung kebenaran atau kebaikan mengenai keyakinan dan perilaku organisasi yang paling dianut dan digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai misi dan visi organisasi. Dalam pernyataan misi dijelaskan mengapa organisasi tersebut perlu eksis dan apa manfaatnya di masa yang akan datang. Misi ini akan membedakan antara satu organisasi dengan organisasi sejenis lainnya karena implementasi dari misi bersifat lebih spesifik.

Untuk menyusun sebuah misi terdapat beberapa ciri yang sebagai panduan,
yaitu:
a. Harus bernilai luhur
Misi harus bernilai luhur dan ideal, maksudnya harus berdasarkan nilai-nilai universal yang berasal dari Allah SWT dan bukan berdasarkan nilai-nilai negatif yang cenderung destruktif.
b. Fleksibel
Dengan adanya fleksibilitas misi maka dapat mendukung para pelaksana misi tersebut agar tidak kehilangan daya kretivitasnya dalam mengimplementasikan misi ke dalam bentuk kerja operasional, karena jika suatu misi bersifat terlalu kaku maka kemungkinan terjadinya perubahanperubahan cara untuk mencapai tujuan sangatlah kecil dan hal tersebut dapat mematikan kreativitas si pelaksana. Selain itu fleksibilitas tersebut juga memungkinkan adanya masukan-masukan dari pihak lain terhadap misi kita karena masukan dari luar tersebut biasanya dapat mendatangkan kejelasan dan perspektif yang segar ke dalam proses penulisan pernyataan misi kita.
c. Menarik
Misi yang menarik dapat menyuplai energi baru dan dapat memotivasi para pelaksananya untuk senantiasa menjalankan dan mempertahankan misi dalam kondisi apapun. Hal tersebut dapat memberikan rasa optimis, melahirkan suatu harapan daripada rasa kekhawatiran.
d. Spiritual
Yang dimaksud dengan spiritual adalah misi bersifat non materi atau lebih bersifat abstrak, yang tidak bisa diukur secara kuntitatif namun dapat dirasakan secara subyektif melalui pendekatan kualitatif.
e. Jelas
Misi yang baik adalah yang jelas, agar mudah dipahami dan dihayati, tidak memiliki makna ganda. Misi dengan kata-kata puitis terlihat indah namun kadang-kadang susah dimengerti maksudnya sehingga dapat menyimpangkan arti.
f. Sederhana
Misi sebaiknya dibuat sesederhana mungkin. Sederhana di sini bukan berarti pendek.
g. Susunan dan nada kata-kata harus mencerminkan kepribadian organisasi.
h. Mampu mengidentifikasikan falsafah organisasi.
i. Mampu menggambarkan harapan masyarakat terhadap lembaga tersebut.
j. Menggambarkan ‘self image’ lembaga tersebut.

3. Langkah-langkah Membuat Misi
Setelah mengetahui beberapa paparan teori tentang misi, maka langkah riil yang harus dilakukan adalah membuat misi itu sendiri. Misi sebaiknya tertulis agar mudah diingat, dihafal, dimengerti, dan dihayati. Beberapa langkah dalam membuat misi, yaitu:
a. Menjawab enam unsur misi.
Dalam membuat misi tersebut maka para pelaksananya harus mampu menjawab beberapa pertanyaan seperti:
 Siapa saya (dalam hal ini adalah organisasi)? jawaban harus mencerminkan organisasi secara keseluruhan, tidak secara parsial.
 Mengapa organisasi tersebut ada?
 Apa keunggulan atau kelebihan yang dimiliki oleh organisasi tersebut?
 Untuk siapa ia bekerja?
 Apa hasil atau produk dari organisasi tersebut?
 Di mana mengerjakannya?
b. Menggabungkan jawaban pertanyaan mengenai misi menjadi satu kalimat atau beberapa kalimat.
Setelah menjawab keenam pertanyaan tersebut maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan jawaban-jawaban tersebut menjadi sebuah atau beberapa kalimat. Kalimat tersebut harus singkat dan sederhana serta harus mengandung ciri-ciri misi yang telah dijelaskan sebelumnya. Kalimat tersebut tidak harus memakai kata-kata yang sama persis seperti jawaban keenam pertanyaan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar